AUTOBIOGRAFI HARMIYONO UTOMO
Nama saya Harmiyono utomo. Dulu
waktu kecil sering dipanggil Dede. Sehingga sewaktu SD nama lengkap jadi
ditambang Ade di depannya. Jadi panjangnya Ade Harmiyono Utomo.
Sejak
kecil, saya dibesarkan orang tua saya yang bernama Endang Murtini, dan
suaminya yang bernama Soeparmo Rambat. Dengan perhatian yang cukup baik,
saya dapat tumbuh besar hingga sekarang.
Awal perjalanan hidup
saya dimulai dari sebuah kota di Aceh, Lhokseumawe, pasa tanggal 25 Mei
1986. Waktu itu adalah hari minggu. Kata bapak saya, arti dari Harmiyono
Utomo adalah, Har itu, Mi itu minggu, Yono itu ada, Utomo itu Utama.
Jadi arti nama saya adalah ada hari minggu yang utama.
Setelah
satu bulan saya lahir, bapak memutuskan untuk berhenti bekerja di sebuah
perusahan exportir udang, dan pindah ke Banjarmasin untuk
berwiraswasta. Namun usaha itu tidak berjalan mulus. Bapak berhenti
berusaha tambak udang sekitar tahun 2000an. Jadilah ibu yang mencari
nafkah. Dari tukang jahit, berdagang peyek, hingga pedagang makanan di
pasar.
Banyak pengalaman yang tidak terlupakan sewaktu kecil,
dari TK sampai beranjak SMA. Dari tangan patah gara-gara bermain petak
umpet, sampai piknik ke gunung bersama teman sekomplek. Bercerita
tentang masa lalu itu rasanya seperti memutar waktu dan kembali ke masa
lalu.
Pengalaman di SD yang tidak terlupakan adalah sewaktu
berkumpul bersama teman-teman. Bermain kelereng, petak umpet, lempar
bola kasti, main tali karet, pesantren kilat, menjelajah kecamatan,
bertemu kucing peliharaan yang dibuang ibu, dan masih banyak lagi. Hal
yang menyedihkan adalah ketika acara perpisahan kelulusan.
Beranjak
SMP di tahun 1998. Pada waktu inilah, nama saya berubah jadi Harmiyono
Utomo, karena menyesuaikan dengan akta kelahiran. Jadinya saya sendiri
agak canggung ketika dipanggil Harmi, ada empat orang teman SD yang
masuk SMP yang sama, mereka tetap memanggilku dengan 'Ade'. Jadinya
teman-teman yang lain pada ikutan.
Hal yang berkesan waktu itu adalah
ketika mengerjakan tugas mencangkok tanaman. Waktu itu saya mencangkok
pohon mangga punya tetangga. Sampai sekarang pohon cangkokan itu masih
tumbuh di halaman depan rumah.
Beranjak SMA di tahun 2001, sebagian
teman satu angkatan SMP masuk ke SMA yang sama dengan saya. Jadinya nama
'Ade' kembali menjadi nama panggilan saya. Pengalaman yang menyenangkan
sewaktu SMA adalah sewaktu di kelas 2-4. Teman-teman pada gokil. Hingga
sewaktu acara perpisahan kakak kelas kami membuat kabaret.
Kegalauan
muncul ketika mendekati kelulusan SMA. Bingung menentukan masuk
perguruan tinggi, ataukah bekerja. Kondisi keuangan keluarga sangat
terbatas. Ibu tidak mungkin bisa membiayai untuk saya melanjutkan ke
perguruan tinggi. Sempat berniat untuk mendaftar di STAN, namun nilai
tidak mencukupi untuk memenuhi persyaratannya.
Akhirnya saya
memutuskan untuk mengambil kursus Bahasa Inggris dan komputer, di sebuah
lembaga kursus. Tidak ada teman lama saya di sini. Nama panggilan saya
pun berubah jadi Yono, karena menurut saya panggilan 'Ade' untuk saya
sudah tidak relevan lagi. Awalnya agak canggung, namun akhirnya terbiasa
hingga sekarang. Saya seperti memiliki jiwa yang baru, dunia yang baru.
Alhamdulillah
ilmu yang saya dapatkan bisa bermanfaat sampai sekarang. Saya bisa
mengoperasikan komputer karena bahasa Inggrisnya, bukan karena ilmu
komputer. Keuntungan lainnya adalah saya dengan leluasa dapat mengerti
cerita drama-drama Jepang favorit dari subtitlenya yang kebanyakan
adalah ditulis dalam bahasa Inggris.
Di tahun 2006 saya baru bisa
menggunakan browser. Terima kasih kepada sahabat saya yang
mengenalkan saya perbedaan antara search engine dengan address bar,
sehingga saya sekarang dengan leluasa googling.
Di Tahun 2006 itu
juga saya mulai bekerja di sebuah kantor pemerintahan, Distrik Navigasi
Kelas II Banjarmasin. Sebuah instansi di bawah Kementerian Perhubungan
yang menangani dan mengelola sarana bantu navigasi pelayaran.
Hingga
beranjak ke Tahun 2009. Saya berteman di Facebook dengan seorang yang
bernama Ijah. Awalnya berteman biasa. Tiba-tiba dia mengaku-ngaku
sebagai kakak kandung saya. Karena rasa tidak percaya, saya tidak
membalas semua pesan-pesannya. Hingga akhirnya dia bilang bahwa saya
mempunyai tanda lahir. Pada saat itu saya kaget. Siapa dia? Bagaimana
dia bisa tahu tentang tanda larih? Jika benar saudara, mengapa selama
ini Ibu tidak pernah menceritakan hal itu? Akhirnya saya menguatkan diri
untuk menelpon. Dia bilang bahwa orang tua yang ku kenal selama ini
bukanlah orang tua kandung. Sontak saja saya kaget bagaimana mungkin
orang tua yang saya kenal selama ini adalah bukan ibu kandung. Kemudian
telepon disambungkan ke Ibunya. Saya masih tidak percaya dan berbicara
seadanya. Ibu bilang bahwa sewaktu di Aceh dulu keluarga tidak punya
cukup biaya, sehingga saya sengaja dititipkan ke Ibu Endang untuk
dirawat dan dibesarkan dengan baik. Setelah mengetahui hal itu saya
tetap menjaga kerahasiaan dan tidak menceritakan kepada Ibu Endang.
Tahun
2010, saya memberanikan diri untuk pergi ke Tulung Agung untuk
menjumpai ibu kandung masih tanpa sepengetahuan Ibu Endang. Setelah
bertemu langsung kedua orang tua kandung, Ibu menangis dan memeriksa
tanda lahir itu.
Setelah pertemuan itu, saya baru tahu saya
adalah anak ke-12 dari 12 bersaudara. Mereka ada di Aceh, Medan, Depok,
Tulung Agung, dan Ambon. Kakak pertama dan keempat meninggal di Aceh
karena kecelakaan. Yang ada sekarang tinggal sepuluh orang termasuk
saya. Tahun 2011 Ayah angkat saya di Banjarmasin berpulang, bahkan saya
belum sempat bercerita tentang hal itu.
Setelah dua tahun,
akhirnya saya bercerita kepada keluarga Ibu Endang, dan mereka
membenarkan tentang hal itu. Ibu Endang pun sekarang sudah mengetahui
bahwa saya sudah mengetahui itu. Alhamdulillah pada tahun 2013 saya bisa
mempertemukan kedua ibu saya di Depok, di rumah kakak saya yang kedua.
Tahun
2015 saya diperkenalkan dengan seorang wanita oleh seorang pengajar
pemetaan yang merupakan teman dia sewaktu SMP. Waktu itu saya sedang
mengikuti latihan privat pemetaan dan topografi di Bogor.
Tahun
2016 akhirnya saya menikah dengan wanita itu, dan sekarang dikaruniani
seorang anak perempuan lucu yang bernama Haruna Maheswari. Semoga nanti
dia senantiasa memberikan kebahagian orang-orang disekitarnya, seperti
bidadari musim semi yang senantiasa menghijaukan daun di sepanjang
tahun.
Salam,
HARMIYONO UTOMO
#alineaku #onlinekonselor
Wednesday 15 August 2018
Subscribe to:
Posts (Atom)